Secarik Pesan Terakhir.
Hai.
Apa kabarmu? Apakah baik? Bagaimana kabar adik perempuanmu yang ramah? Aku rindu celoteh dan tingkah lucunya. Lalu, hubunganmu dan orangtuamu sudah baik, kan?
Sudah cukup lama aku tak mendengar kabarmu. Bukannya aku tak ingin, hanya saja aku ingin berhenti memikirkan kamu. Aku ingin berhenti mengharapkan kembalimu. Aku tahu kamu pasti sangat bahagia sekarang. Kamu sudah bertemu pujaan hatimu yang baru. Aku harap kalian bahagia. Itu yang aku harapkan untukmu, yang aku ucapkan di tiap doaku. Tenang saja, aku baik-baik saja di sini. Masih sendiri. Mungkin, aku masih terjebak di masa lalu. Ah, sudahlah. Aku ingin minta maaf karena sudah terlalu sering merepotkan kamu, dulu. Aku sungguh menyesal telah berusaha 'menguasai' kamu, waktumu, dan segalamu. Aku harap 'dia' tak lakukan hal yang sama padamu. Mengingat harapanmu padaku saat pertemuan terakhir kita, "Aku harap kamu belajar dari semua ini." Ya, aku sudah mengerti. Aku belajar dan aku paham. Keinginanku untuk menguasai kamu dan menciptakan 'kamu' dalam versiku, membuatmu muak. Membuang jauh rasa nyamanmu padaku. Memusnahkan perasaan yang dulu ada, bukan menjadikannya kuat. Kita bagai perahu yang karam di tengah lautan. Tak akan pernah tertambat di dermaga impian. Ah, lupakan saja. Terimakasih atas segala usahamu untuk memahami aku dan keegoisanku. Salam hangatku untukmu, kekasihmu, dan keluargamu.
Posted via Blogaway
Comments
Post a Comment