Another Vivid Memory
Hari ini aku baru saja baca sebuah thread mengenai sexual harrassment oleh teman dekat. Aku sedih dan marah sekali. Kenapa? Karena aku jadi ingat kejadian beberapa tahun lalu. Aku adalah korbannya dan mungkin bukan cuma aku.
Kala itu, aku masih bau kencur, masih SMP. Namun, aku baru tau semuanya waktu aku masuk SMA. Cukup lama ya? Aku baru tahu bahwa orang-orang yang aku anggap temanku sendiri memandangku serendah itu. Menjijikkan.
"Mereka punya grup, isinya foto candidmu di kelas. Fotonya di-zoom in ke arah dada lalu di-crop."
"Mereka bilang kamu tuh gampang."
"Maaf ya aku ngga bilangin dari dulu. Aku ngga mau kamu sakit hati."
Semenjak saat itu, aku nggak bisa lagi melihat segerombolan laki-laki. Aku nggak bisa merasa nyaman berada di antara mereka. Aku nggak bisa melihat mereka ketawa di depanku. Aku cemas, takut, khawatir. Aku takut kalau yang mereka tertawakan adalah aku. Aku takut kejadian itu terulang kembali.
Baby, you never know how hard it is for me to deal with this. You never know how destructive you are.
Saya nggak cuma marah pada para pelaku tapi juga pada mereka yang tahu tapi memilih diam. Mereka yang berdalih "aku nggak mau nyakitin kamu." If you told me earlier, I could've reported them to the principal. Kalian bukan mengurangi rasa sakitnya tapi malah sebaliknya.
Teruntuk kalian yang membaca ini, aku mohon untuk lebih peduli. Bukan. Bukan padaku. Peduli dengan sekitar kalian dan diri kalian sendiri. #MeToo
- Sol.
Kala itu, aku masih bau kencur, masih SMP. Namun, aku baru tau semuanya waktu aku masuk SMA. Cukup lama ya? Aku baru tahu bahwa orang-orang yang aku anggap temanku sendiri memandangku serendah itu. Menjijikkan.
"Mereka punya grup, isinya foto candidmu di kelas. Fotonya di-zoom in ke arah dada lalu di-crop."
"Mereka bilang kamu tuh gampang."
"Maaf ya aku ngga bilangin dari dulu. Aku ngga mau kamu sakit hati."
Semenjak saat itu, aku nggak bisa lagi melihat segerombolan laki-laki. Aku nggak bisa merasa nyaman berada di antara mereka. Aku nggak bisa melihat mereka ketawa di depanku. Aku cemas, takut, khawatir. Aku takut kalau yang mereka tertawakan adalah aku. Aku takut kejadian itu terulang kembali.
Baby, you never know how hard it is for me to deal with this. You never know how destructive you are.
Saya nggak cuma marah pada para pelaku tapi juga pada mereka yang tahu tapi memilih diam. Mereka yang berdalih "aku nggak mau nyakitin kamu." If you told me earlier, I could've reported them to the principal. Kalian bukan mengurangi rasa sakitnya tapi malah sebaliknya.
Teruntuk kalian yang membaca ini, aku mohon untuk lebih peduli. Bukan. Bukan padaku. Peduli dengan sekitar kalian dan diri kalian sendiri. #MeToo
- Sol.
Comments
Post a Comment