Surat untuk Dedaunan

Kepada :
Dedaunan di Pohonku 

Selamat hari ini. Salam sayang dariku. Maafkan aku yang tidak tahu hari apa dan pukul berapa kamu membacanya. Namun, ketahuilah bahwa aku menuliskan ini sambil mengingat kamu, dedaunan di pohonku.

Seperti halnya surat lainnya, aku mau menanyakan kabarmu. Apa kabar? Semoga selalu baik dan senantiasa bahagia. Kalau sudah salam dan kabar, lalu apalagi? Oh. Aku mulai saja, ya. Aku tidak mau membuang waktumu. Mari kita lanjut ke paragraf selanjutnya.

Saya berterimakasih kepada kalian, dedaunan di pohonku, baik yang masih melekat erat, sedang akan gugur, dan yang sudah gugur sekalipun. Lho? Kok daun? Kalian semua adalah daun dan kehidupanku adalah pohonnya. Karena seperti halnya daun pada pohon, setiap orang dalam kehidupan akan gugur, terbang, dan jauh. Satu demi satu dari kalian akan gugur pada waktunya. Setiap kalian akan terbang menjauh dalam satuan waktu yang berbeda. Entah itu detik, menit, jam, hari, atau tahun. Aku tidak tahu. Kamu tidak tahu. Kita tidak tahu. Semesta yang tahu. Namun, aku menghargai setiap milisekon tiap aku bersamamu. Baik secara nyata dengan tatap mata, pesan teks yang saling kita kirim, atau tulisan ini.

Dedaunan di pohonku, kalian semua telah dan akan gugur. Seperti yang kutulis sebelumnya, kita tidak tahu pada satuan waktu apa kalian gugur. Bisa jadi ketika masih hijau terang atau saat sudah cokelat layu. Namun, bukan cuma itu yang tidak kita ketahui. Bagaimana kalian gugur pun awalnya kita tidak tahu. Apakah kalian gugur dengan ucapan perpisahan atau tidak pun juga aku tidak tahu. Namun, aku mengasihi setiap kalian. Mungkin tidak dengan cara yang sama tetapi aku tetap memberikan kalian rasa syukur karena ada.

Saya siap melepas kalian tapi tidak melupakan. Setiap daun punya warna, ukuran, dan bentuk yang berbeda. Begitu pula kalian. Hijau tidak selalu sama, panjang dan lebar tidak selalu persis, pun lekukan tidak selalu pada derajat kemiringan yang sama. Setiap kalian punya arti tersendiri. Setiap kalian tidak bisa saya gantikan. Mungkin daun lain menggantikan kalian pada ranting yang sama, tetapi bukan kalian yang diganti. Hanya posisi kalian yang digantikan.

Setiap daun dari pohonku, saya harap kalian senang pernah menjadi bagianku. Terima kasih telah membuatku rimbun. Akan ada kalanya setiap kalian gugur dan aku pun mati. Entah ditumbangkan angin atau memang usia. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin berterimakasih pada kalian.

Dengan penuh rasa syukur,
Sol.

Comments

Popular Posts